source=http://www.suhaibwebb.com/personaldvlpt/purification-heart/the-chemistry-of-faith/
By Iman Badawi
I never liked chemistry because I wasn’t good at it. Even now, as I fully admit, that it is unfair to have judged the messy subject by my own personal limitations, I still feel stress every time I hear the word “lab” or see someone wearing goggles.
Most people love mixing things, a deep instinct beginning from early childhood. Whether it be implementing the steps of a cookie recipe or creating new colors with paint, I can see this instinct alive and well in my own children. Even a very young child can recognize that the mixed result will only be as good as its parts and that some parts simply don’t mix. Still, perhaps most magnificent of all these phenomenon are those types of matter that will mix to make energy.
One day, when they are older, I would love to explain to them that the mixing of the elements of the physical world provide a striking analogy for the mixing of the elements of the spiritual world.
There is a potent chemical called Sincerity. Sincerity is a very peculiar substance that exhibits many amazing properties. First of all, it has a very low boiling point; any spotlight will easily cause it to evaporate (Riya’ – showing off). So elusive is this substance that many a scientist have actually had to fully isolate himself from all environmental stimuli to be able to study it (spiritual retreat). In its liquid state, it can form many compounds, but in every case, becomes almost fully unrecognizable from its original state (mixed intentions).
As for its solid state, it is the most remarkable of all. It has an extremely high melting point, requiring temperatures of scorching magnitudes, to return it to its liquid form. In its solid state, Sincerity refuses to mix with anything and naturally expels all impurities. The impenetrable integrity of the solid form of Sincerity is so unique in the study of chemistry that scientists coined a special name for it; Tawheed (belief in One God). Chemists gave it this name to represent its unchanging and independent state, such that no other substance in existence has the ability to alter it.
Strangely enough, however, there is one substance, and only one, that the Tawheed solid interacts with. It is known as Knowledge. Knowledge naturally occurs in the form of a gas. Humans have the ability to breathe this gas (culture, society) and do so involuntarily on a daily basis. Yet, subjects have exhibited greatly varying effects in response to it. The effects of large doses of this gas, administered over long periods of time, have been studied only to reveal that no consistent rule can be determined. Each subject is led to think, speak, and even dress differently based on their particular immune response to this gas. However, it has been noted that the effects of the Knowledge gas seem to have some correlation to the specific parts of the world where Knowledge gas reserves exist (civilizational heritage). Scientists were baffled upon discovering that subjects, who took 5 daily pills of the Tawheed solid, were almost fully immune to its adverse effects.
On the other hand, in its liquid form, Knowledge produces entirely different effects. It is a highly volatile chemical that welcomes a union with all other substances (speculative, theoretical, unproven knowledge). Many of these compounds release a foul-smelling gas, some release small amounts of energy, and some are highly dangerous combustible substances. When small bits of the Tawheed solid are immersed in the liquid Knowledge they cause it to coagulate and release impurities.
Another interesting configuration is the mixing of liquid Knowledge (speculative knowledge) with liquid Sincerity (mixed intentions). The effect would seem non-existent to the lay observer, however, upon much experimentation, the experts have found that liquid Knowledge drastically lowers the boiling point of liquid Sincerity (i.e. facilitates the evaporation of sincerity under lower temperatures/temptations) and also raises its freezing point (i.e. acts as an inhibitor preventing sincerity from reaching its solid state.)
Most scientists agree that Knowledge reaches the peak of its utility and stability in the solid form. The Knowledge solid is most often used in the foundation of buildings, because of its stability under pressure. It is also widely used in medicines. The Knowledge solid is almost impossible to manipulate because it mixes with only one other substances in existence, the Tawheed solid! In fact, the combining of the Tawheed solid with the Knowledge solid is the most spectacular phenomenon scientists have ever witnessed in human history.
Even before they combine, when brought close together, they begin to emit a strange but pleasant humming noise (like a reciter of the Qur’an). If brought even closer together, they begin to glow and emit a pleasant smell. When the scientist at work allows the Tawheed solid to touch the Knowledge solid, they unite to form one mass. The light emitted from this mass is so strong that the scientist at work is forced to wear an eye-protecting material. It is theorized that some early civilizations (Salaf) might have used the Tawheed-Knowledge mass to provide energy (and lighting) for entire communities of people.
Scientists are very hopeful with regard to the application of this technology. Many have surmised that after Humans have depleted Earth’s natural energy reserves, that this Tawheed-Knowledge mass could potentially provide enough energy to sustain the entire population of the Earth. Studies are currently being conducted to determine the feasibility of producing this energy source and ways to harness its benefit for mankind.
The chemical formula of Tawheed can be found in Surat al-Ikhlaas.
The chemical formula of Knowledge can be found in Surat al-Asr.
29.6.11
23.6.11
nak jadi doctor?
DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PEMURAH DAN SEGALA PUJI BAGI-NYA
Kemajuan semasa di dalam bidang perubatan dan sains kehidupan telah memperolehi ciri-ciri revolusioner .. dan menjuarai kemajuan di dalam bidang teknologi perubatan dan kejuruteraan manusia yang sungguh membanggakan. Seperti daya kuasa lain, biosains juga perlu dimanfaatkan untuk kebajikan manusia dan perlu dibimbing supaya tidak disalahgunakan menjadi kuasa penghancur seperti yang berlaku kepada fisi nuklear di masa yang lalu. Di waktu kebangkitan penggunaan perjumpaan moden reproduksi manusia, keturunan, DNA rekombinasi dan sintesis ubat-ubatan yang boleh memberi kesan kepada kelakuan, generasi sekarang sedang menyaksikan satu cabaran yang hebat terhadap warisan nilai-nilai moral dan tatacara kelakuan.
Di dalam usaha untuk mengekalkan ilmu manusia pada jalan yang ditentukan oleh Allah, kerana Allah telah menghantar manusia ke bumi sebagai khalifah-Nya menakluki bumi. mempelajari undang-undang Allah dan menggunakannya untuk jalan kebaikan, maka dengan itu dokumen ini telah dibentangkan di Persidangan Antarbangsa Perubatan Islam yang pertama yang telah diadakan di Kuwait sewaktu menjelangnya kurun ke-15 Hijrah. (6-10 Rabiul Awal 1401: 12-16 Januari 1981). Dokumen ini telah disahkan oleh persidangan sebagai tatacara Etika Perubatan Islam .
Adalah diharapkan penerimaan dokumen ini oleh badan-badan perubatan di dunia Islam akan menjadi bidang untuk bekerjasama .. di waktu terdapat banyak perbedaan yang memisahkan kita semua. Adalah diharapkan setiap doktor Muslim akan mendapat cahaya pedoman dari dokumen ini dengan mengekalkan perilaku profesinya mengikut garis panduan ajaran Islam. Penuntut perubatan dan paramedik hendaklah menjadikan dokumen ini sebagai panduan bagi masa hadapan. Dengan itu mereka akan lebih bersedia untuk menempuh dunia profesi mereka dan tahu apa yang hendak dibuat dan apa yang patut dihindari dan bersedia untuk menghadapi apa-apa tekanan, godaan atau kekeliruan. Kepada ahli sains perubatan dokumen ini dapat membantu mereka di dalam menentukan arah tujuan menggunakan maklumat sains dan teknologi untuk kebajikan manusia dan bukan kearah bahaya atau kehancuran. Kami yakin rakan seperjuangan yang bukan Islam juga dapat melihat di dalam dokumen ini gambaran kehendak Tuhan tentang apa yang patut dilakukan oleh manusia dan bagaimana melakukannya. Kepada Allah kita percaya .. dan kepadaNya kita memohon panduan.
DEFINISI PROFESION PERUBATAN
* “Therapeusis” ialah profesion yang mulia. Allah merestuinya dengan menjadikan mukjizat kepada Isa anak Mariam a.s. Nabi Ibrahim a.s. semasa mengira pemberian Allah kepadanya termasuklah “Dan apabila aku sakit, maka Dialah yang menyembuhkan penyakitku”
* Sepertimana kesemua bidang pengetahuan, pengetahuan perubatan adalah sebahagian daripada ilmu Allah “Yang mengajar manusia apa yang tidak pernah diketahui oleh manusia”. Menuntut ilmu perubatan memerlukan pendedahan kebesaran Allah dengan ciptaan-Nya. “Dan juga pada diri kamu sendiri … Maka mengapa kamu tidak mahu melihat serta memikirkan (dalil-dalil dan bukti itu )”. Amalan perubatan membawa manusia dekat kepada belas kasihan Allah. Oleh itu amalan perubatan adalah satu ibadat dan kebajikan selain daripada kerjaya untuk mencari rezeki.
* Walau bagaimanapun rahmat Allah boleh sampai kepada semua manusia termasuk yang baik dan yang jahat, yang berbudi dan yang busuk hati dan kawan serta lawan – samalah seperti cahaya matahari-Nya, keselesaan bayu-Nya, kesejukan air-Nya dan pemberian-pemberian-Nya yang banyak. Dan pada asas inilah profesion perubatan harus beroperasi, mengikuti lunas-lunas rahmat Allah tanpa menimbulkan permusuhan atau membuat apa-apa hukuman, tidak sekali-kali menjadikan keadilan sebagai matlamat tetapi belas kasihan, di dalam apa jua situasi dan keadaan.
* Dari segi ini profesion perubatan hanyalah satu-satu profesion yang tidak mungkin tunduk kepada tekanan sosial yang di sebabkan oleh permusuhan atau perselisihan peribadi, politik atau ketenteraan. Kepimpinan yang bebas dari kejahilan dapat mengekalkan keutuhan profesion perubatan dan melindungi kedudukannya dari permusuhan dan perseteruan.
* Menyediakan perkhidmatan perubatan adalah satu tuntutan agama ke atas masyarakat, iaitu fardu kifayah yang boleh disempurnakan bagi pihak masyarakat oleh anggota-anggotanya yang mempelajari perubatan. Adalah menjadi tugas kerajaan untuk memastikan keperluan doktor di dalam pelbagai kepakaran untuk negara. Di dalam Islam tugas ini adalah tanggungjawab pemerintah negara.
* Kepakaran perubatan yang tidak terdapat di dalam negeri mungkin diimport. Adalah menjadi tanggungjawab negara untuk menyediakan keperluan ini.
* Adalah menjadi kewajipan negara juga untuk memilih calon-calon yang sesuai dari kalangan pemuda-pemudi tempatan untuk dilatih sebagai doktor. Tanggungjawab yang jelas ialah menubuhkan sekolah, fakulti, klinik, hospital dan institusi yang dilengkapkan dengan peralatan dan kakitangan yang secukupnya untuk tujuan tersebut.
* “Perubatan adalah satu keperluan agama bagi satu-satu masyarakat. Dari segi pengertian ugama, apa jua yang diperlukan untuk sesuatu keperluan, secara otomatik akan menjadi “keperluan”. Oleh itu pengecualian dari sesetengah hukum umum harus dibuat untuk membolehkan pelaksanaan pengajaran perubatan. Contohnya, pemeriksaan rapi badan manusia sama ada hidup atau mati tanpa mencabul kehormatan seseorang, semasa hidup atau mati dan sentiasa di dalam ketaatan kepada ugama dan menyedari kehadiran Allah.
* Pemeliharaan nyawa seseorang hendaklah merangkumi penghormatan terhadap kemuliaan, perasaan kelembutan orang itu dan juga tanpa mencabul sentimen dan anggota tubuhnya. Seorang pesakit berhak menerima layanan yang sepenuhnya, penjagaan dan perasaan selamat semasa bersama doktornya. Keistimewaan seseorang doktor yang diberi pengecualian dari sesetengah hukum umum hendaklah disertai dengan rasa tanggungjawab yang lebih dan menjalankan tugasnya dengan penuh teliti dan cemerlang dibawah pemerhatian Allah. “kecemerlangan memerlukan kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Walaupun kamu tidak melihat-Nya Allah sentiasa melihat kamu.”
“Imam Ghazali menganggap profesion perubatan sebagai fardu kifayah, satu tugas yang mesti dilakukan oleh sesetengah ahli di dalam satu-satu masyarakat. Amalan ini lazim dilakukan kerana keperluan kesihatan adalah satu keperluan asas. Jika kesihatan terjejas, apa jua di dunia ini tidak dapat dinikmati.”
Untuk tujuan pengubatan, pengamal perubatan dibenarkan melihat bahagian tubuh yang tertutup dan juga bahagian sulit. Kelonggaran ini dibuat berdasarkan kaedah ilmu hukum “larangan diketepikan bila perlu” … dan menepati ajaran al-Quran yang “membolehkan membuat sesuatu tetapi bukan dengan niat jahat”. Pada zaman awal Islam pasukan perubatan wanita menyertai tentera Rasulullah s.a.w di medan pertempuran untuk merawat tentera yang tercedera dan membalut luka di mana-mana juga bahagian badan.
Alasan ini menjadikan pendapat di atas tidak boleh dipertikaikan lagi atau menimbulkan perselisihan pendapat. Keperluan untuk mengimpot kepakaran perubatan dari kalangan orang bukan Islam untuk mengubati orang Islam hanya boleh diputuskan berdasarkan keadaan pesakit dan keupayaan doktor. Semenjak dahulu lagi negara Islam mengambil doktor Kristian dari Jundishapur untuk bekerja dan melayan mereka dengan baik sekali. Sebagai ingatan, pemandu jalan Rasulullah s.a.w semasa berhijrah ialah Abdullah Ibn Uraikit, seorang bukan Islam. Ia dipilih kerana kejujurannya dan juga pengetahuan yang baik mengenai jalan yang dilalui.
Perwatakan Pengamal Perubatan
WATAK SEORANG DOKTOR
* Seseorang doktor mestilah terdiri dari kalangan orang yang percayakan Tuhan, menunaikan hah-hak-Nya, menyedari keagungan-Nya, mentaati perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan mematuhi-Nya di dalam persembunyian atau khalayak ramai.
* Seseorang doktor mestilah mempunyai sikap yang bijaksana dan boleh menjadi penasihat yang menarik. Ia hendaklah menjadi penggalak, tidak pelemah semangat, berwajah tersenyum dan tidak masam, penyayang dan tidak membenci dan penyabar. Ia tidak mungkin tunduk kepada perasaan dengki atau kurang rasa belas kasihan. Ia mestilah menjadi alat kepada keadilan Tuhan, kemaafan dan bukan hukuman, perlindungan dan bukan pendedahan.
* Ia mestilah menjadi seorang yang tenang dan tidak gopoh walau pun ketika ia benar .. jujur di dalam percakapannya walaupun bila bergurau .. lembut suaranya dan tidak bising atau kasar, bersih serta kemas dan tidak selekeh atau kusut-masai .. boleh dipercayai dan di dorongi supaya di hormati .. bersikap sopan di dalam urusannya dengan yang kaya atau miskin, rendah atau tinggi kedudukannya .. dapat mengawal ketenangan hatinya dengan baik .. dan tidak mungkin mengkompromi kemuliaannya, tetapi lembut dan “forebearing”.
* Seorang doktor mestilah sedar dengan sepenuhnya bahawa nyawa adalah kepunyaan Allah .. hanya dikurniakan oleh-Nya .. dan mati adalah kesudahan hayat seseorang dan permulaan satu penghidupan yang baru. Kematian adalah satu kebenaran yang teguh .. dan adalah kesudahan bagi semua kecuali Allah. Di dalam professionnya seorang doktor berjuang untuk menyelamatkan dan mempertahankan nyawa sahaja sebaik mungkin, seberapa yang terdaya olehnya.
* Seorang doktor mestilah mempamerkan contoh yang baik seperti menjaga kesihatannya sendiri. Adalah tidak wajar baginya jika segala peraturan yang dianjurkannya tidak dituruti oleh diri- nya sendiri. Ia tidak sepatutnya membelakangkan diri terhadap pengajaran dari kemajuan ilmu perubatan, kerana ia tidak boleh mempengaruhi pesakitnya kecuali dia sendiri menunjukkan bukti yang meyakinkan .. Allah menerangkan di dalam al-Quran “dan jangan kamu sengaja mencampakkan diri kamu ke dalam bahaya kebinasaan”. Rasulullah s.a.w bersabda “badan kamu mempunyai hak ke atas diri kamu” .. dan pepatah ada menyebut “no harm or harming in Islam”.
* Seorang doktor sentiasa jujur bila berkata, menulis atau memberi keterangan. Ia hendaklah tidak terpengaruh oleh kepercayaan ugama, tamak haluba, persahabatan atau tekanan pemerintah supaya membuat kenyataan atau memberi keterangan palsu. Memberi keterangan adalah satu tugas yang sangat besar dan serius di dalam Islam. Rasulullah s.a.w pernah bertanya kepada para sahabat “mahukah aku beritahu kamu apakah dosa yang paling besar ?” Apabila mereka berkata ya baginda bersabda “mensyirikkan Allah, tidak memenuhi tanggungjawab terhadap ibubapa ..” dan selepas berhenti sejenak baginda berulang-ulang bersabda “dan sesungguhnya memberi ucapan bohong atau keterangan palsu”.
* Seorang doktor mestilah mempunyai satu tahap pengetahuan ilmu hukum, ibadat dan asas ilmu Fiqah untuk membolehkannya memberi nasihat kepada pesakit yang memerlukan panduan mengenai kesihatan dan keadaan tubuh badan untuk dikaitkan dengan amalan ibadat. Manusia boleh terdedah kepada gejala penyakit atau keadaan fisiologi seperti hamil, dan perlu mengetahui hukum berkaitan dengan sembahyang, puasa, menunaikan haji, merancang keluarga dan lain-lain..
* Walaupun “larangan boleh diketepikan bila perlu”, seorang doktor Muslim hendaklah mengelak dari menggunakan ubat-ubatan atau cara terapi (pembedahan, perubatan am atau terapi perangai) yang diharamkan oleh Islam.
* Peranan seorang doktor ialah penggerak (mangkin) kepada kehendak Allah, Pencipta, supaya nyawa dan kesihatan dipelihara. Ia hanyalah bertindak sebagai alat Tuhan di dalam meringankan penyakit manusia. Oleh itu seorang doktor hendaklah bersyukur dan sentiasa memohon pertolongan dari Allah. Ia hendaklah sentiasa merendah diri, bebas dari keangkuhan dan kemegahan dan tidak bercakap besar atau mengagong-agongkan diri sendiri melalui percakapan, penulisan atau pengiklanan secara langsung atau tersembunyi.
* Seorang doktor hendaklah sentiasa mengikuti perkembangan semasa kemajuan sains dan pembaharuan. Kecergasan atau kemalasannya dan pengetahuan atau kejahilannya, secara langsung memberi kesan ke atas kesihatan dan kesejahteraan pesakitnya. Tanggungjawab keatas orang lain menghadkan kebebasannya menggunakan masa. Sepertimana orang miskin dan yang memerlukan mempunyai hak yang diiktiraf keatas orang yang berada, begitu juga pesakit mempunyai hak ke atas sebahagian dari masa seorang doktor untuk diluangkan dibilik bacaan dan mengikuti perkembangan ilmu perubatan.
* Seorang doktor juga perlu mengetahui bahawa mendalami ilmu di dalam Islam mempunyai dua tujuan. Selain daripada kegunaan dari aspek terapeutik, mendalami ilmu itu sendiri ialah suatu ibadat, seperti yang ditunjukkan di dalam al-Quran: “dan berdoa dengan berkata .. Wahai Tuhan ku .. tambahilah ilmuku”. dan: “Sebenarnya yang menaruh bimbang dan takut (melanggar perintah) Allah dari kalangan hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu” .. dan: “Allah meninggikan darjat orang-orang yang beriman di antara kamu, dan orang-orang yang diberi pengetahuan ugama (dari kalangan kamu) – beberapa darjat”.
PERHUBUNGAN DIANTARA DOKTOR
* Seorang doktor adalah saudara kepada setiap doktor yang lain dan rakan sejawat di dalam satu misi yang mulia sebagai menyahut seruan Allah seperti di dalam firman-Nya: “Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan bertaqwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa (maksiat) dan pencerobohan”.
* Para doktor adalah bertanggungjawab ke atas penjagaan kesihatan sesebuah negara .. dan saling membantu di antara bidang-bidang kepakaran, dari segi pencegahan atau pengubatan, di sektor swasta atau perkhidmatan kerajaan .. kesemuanya mematuhi etika dan peraturan profesion mereka.
* Sebagai satu kumpulan profesional sesebuah negara, para doktor adalah bertanggungjawab merangka perancangan dan mengambil langkah dan mewujudkan tradisi dan peraturan yang perlu untuk membolehkan mereka secara kumpulan atau perseorangan menjalankan tugas sebaik mungkin.
* Di dalam semangat persaudaraan, seorang doktor mestilah menghormati rakan sejawatnya di belakangnya. Ia hendaklah menawarkan kepada rakannya nasihat dan/atau pertolongan bila diperlukan. Seorang doktor tidak boleh mengkhianati rakannya dengan mengumpat di belakangnya .. atau menyebut kekurangannya atau mencemarkan nama baiknya atau mempamerkan kelemahannya. Ia tidak sekali-kali mengkhianati saudaranya. Walau bagaimanapun ikatan ini tidak membebaskan seorang doktor dari berkata benar di dalam memberi keterangan perundangan atau di dalam membantu mencegah jenayah : seperti yang telah ditentukan oleh undang-undang.
* Perhubungan di antara doktor ialah satu perhubungan yang bantu membantu dan bukan pertentangan .. dan bekerjasama dengan ikhlas demi kepentingan pesakit. Jika lebih dari seorang doktor merawat seorang pesakit, maklumat perubatan tidak sepatutnya dirahsiakan di antara doktor yang merawat pesakit itu. Maklumat ini hendaklah diperkatakan dengan jelas atau ditulis dengan terang dan jelas. Maklumat ini hendaklah dirahsiakan dikalangan personel perubatan tanpa dibocorkan.
* Jika timbul kesangsian, adalah menjadi tanggungjawab doktor yang merawat (dan hak pesakit) supaya satu rundingan diatur atau kes itu dirujuk kepada seorang pakar. Amalan ini juga disebut didalam al-Quran: “Oleh itu bertanyalah kamu kepada orang-orang yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. Pakar yang dirujuk akan mengambil langkah yang difikirkan perlu, tetapi akan memberitahu doktor yang merujuk perkembangan semasa dan juga seterusnya.
* Adalah menjadi tanggung-jawab seorang doktor untuk menyampaikan hasil pengalamannya, pengetahuan dan ketajaman kemahirannya kepada doktor yang lebih muda. Dia hendaklah bersedia untuk menyumbangkan khidmatnya di dalam pengajaran dan latihan .. kerana “Orang yang menyembunyikan ilmunya dikutuk”, dan kerana ini adalah sahutan kepada hak rakan seperjuangan, pesakit dan profesion secara amnya dari satu generasi ke generasi yang lain. “Di dalam konteks ini kita patut mengingati sabda Rasulullah s.a.w “Apabila mati seorang anak Adam maka terputuslah segala hubungan kecuali tiga perkara: Amal jariahnya, ilmu yang telah dimanafaatkannya, dan anak yang soleh yang sentiasa mendoakan untuknya”.
* Para doktor hendaklah sentiasa bekerjasama dan bersedia untuk membantu antara satu sama lain dengan serta-merta jika rakan atau keluarganya terkena sakit, atau di dalam hal-hal kesusahan, keperluan, kecacatan atau kematian.
* Pada zaman ini seorang doktor bukan lagi seorang individualis seperti zaman silam … kerana perawatan perubatan sekarang memerlukan satu pasukan – selain dari doktor dan jururawat, juga diperlukan perkhidmatan makmal, fisioterapi, kebajikan perubatan, dan personel lain. Seorang doktor hendaklah memupuk semangat berpasukan dan kerjasama yang sempurna supaya pasukannya dapat menghasilkan perkhidmatan penjagaan pesakit yang terbaik.
* Kod ini meliputi juga kesemua personel dari semua peringkat di dalam semua bidang penjagaan kesihatan.
PERHUBUNGAN DOKTOR-PESAKIT.
* Segala tindakan yang diambil oleh doktor adalah demi kepentingan pesakit dan bukan disebaliknya. Kesihatan adalah matlamat akhir, dan rawatan perubatan hanyalah caranya sahaja .. “pesakit” adalah tuan dan “doktor” sentiasa bersedia untuk memberikan khidmatnya. Rasulullah s.a.w bersabda “Yang kuat hendaklah mengikut langkah yang lemah, kerana yang lemah itulah dijadikan panduan untuk menentukan kadar langkah perjalanan. Peraturan, penjadualan, jadual waktu dan perkhidmatan hendaklah disusun untuk disesuaikan dengan pesakit demi untuk kebajikan dan keselesaannya dan hendaklah diutamakan. Seterusnya barulah keutamaan lain diambil kira.
* Status keutamaan terpenting diberikan kepada pesakit kerana selagi ianya seorang pesakit .. tidak kira siapa orang itu atau apakah jawatannya, seorang pesakit itu tertakluk kepada penyakitnya dan bukan status sosial, kuasa atau perhubungan peribadinya. Cara seorang doktor menguruskan pesakitnya yang ramai menggambarkan secara tepat kejujurannya.
* Bidang kebajikan, kesaksamaan, toleransi dan kesabaran seseorang doktor hendaklah cukup luas untuk merangkumi waris, kawan dan orang-orang yang mengambil berat tentang seseorang pesakit .. tetapi tanpa mengenepikan apa yang telah ditentukan oleh “kerahsian profesional”.
* Kesihatan adalah satu keperluan asas manusia dan bukanlah satu kemewahan. Seterusnya professi perubatan adalah lain dari yang lain kerana seseorang pesakit tidak akan dinafikan perkhidmatan perubatan walau pun jika ia tidak mampu membayar yuran yang diperlukan. Badan penggubal undang-undang perubatan patut memastikan perkhidmatan perubatan diberikan kepada semua yang memerlukan dengan melulus dan melaksanakan undang-undang dan peraturan yang perlu.
* Di dalam perkhidmatan persendirian, yuran yang dikenakan oleh seseorang doktor adalah haknya yang sah .. dan pendapatannya adalah sah .. dan hanya dikawal oleh perasaan hatinya sendiri, dengan menyedari bahawa Allah itu sentiasa melihat.
* Jika di atas sebab-sebab terdesak atau kecemasan, seorang pesakit yang miskin dirawat oleh seorang doktor, adalah menjadi tanggungjawab beliau supaya bertimbang rasa dan murah hati, dan mengelakkan apa-apa yuran yang dikenakan tidak menambahkan lagi beban pesakit itu. Memberi sesuatu kepada yang miskin samalah seperti memberikan kepada Allah kerana zakat itu bukan hanya dituntut dari harta benda tetapi juga ke atas ilmu dan kemahiran. Profesion perubatan pada asasnya ialah tugas untuk membantu manusia di dalam kesusahan dan bukan mengeksploit pesakitnya.
* Sungguh pun seorang doktor berhak mencari pendapatan yang halal dan hidup dengan selesa, beliau hendaklah sentiasa menghormati piawai professinya yang tinggi dan menegakkannya sebaik mungkin. Dia tidak melibatkan diri dengan aktiviti propaganda, menerima komisen atau memotong pendapatan atau perbuatan salah yang sepertinya.
KERAHSIAAN PROFESIONAL
Orang-orang yang beriman diperintahkan menyimpan rahsia orang lain … lebih-lebih lagi jika orang itu seorang doktor, kerana orang akan memberitahu rahsia dan meluahkan perasaan kepada doktor mereka dengan rela hati, yakin dengan kerahsiaan profesional yang dipegang oleh profesion perubatan semenjak awal zaman lagi. Rasulullah s.a.w bersabda bahawa tiga ciri-ciri orang munafik ialah: “Bila dia bercakap dia bohong, bila dia berjanji dia mungkir dan bila disuruh pegang amanah dia khianati”. Seorang doktor hendaklah merahsiakan seketatnya segala maklumat yang diperolehinya melalui penglihatan, pendengaran atau secara kesimpulan. Semangat keIslaman juga memerlukan butir-butir di dalam undang-undang patut menekankan hak pesakit untuk melindungi rahsia mereka yang telah diluahkan kepada doktor. Pengkhianatan keatas amanah ini akan menjejaskan imej amalan perubatan, selain dari menjauhkan kumpulan tertentu dari mendapatkan bantuan rawatan perubatan.
TUGAS DOKTOR SEMASA PERANG
* Semenjak dari peperangan-peperangan awal Islam lagi, undang- undang telah ditentukan bahawa tentera yang cedera dilindungi oleh kecederaannya dan begitu juga orang tawanan. Orang-orang yang beriman dipuji didalam al-Quran kerana: “Mereka juga memberikan makan benda-benda makanan yang dihajati dan disukainya kepada orang miskin dan anak yatim serta orang tawanan (serta berkata dengan lidah atau hati): sesungguhnya kami memberi makan kepada kamu kerana Allah semata-mata; kami tidak berkehendakkan sebarang balasan dari kamu atau ucapan terima kasih”. Rasulullah s.a.w bersabda kepada sahabat, ” Aku mengamanahkan tawanan perang ini kepada belas kasihan kamu” .. dan mereka menunaikannya .. sehingga memberikan keutamaan kepada tawanan itu dengan memberikan sebaik makanan yang mereka makan. Perlu diingat bahawa kejadian ini berlaku tiga belas kurun sebelum Konvensi Geneva dan penubuhan Palang Merah.
* Apa jua perasaan seorang doktor dan di mana jua mereka berada, dia hendaklah tetap dengan tugas dan tanggungjawab yang satu iaitu melindungi nyawa dan mengubati orang yang sakit dan tercedera.
* Bagaimana jua kelakuan musuh, doktor Muslim tidak akan menukar arahnya .. kerana kedua belah mencerminkan kod perilakunya sendiri. Allah menjelaskan di dalam al-Quran: “Dan jangan sekali-kali kebencian kamu terhadap sesuatu kaum itu mendorong kamu kepada tidak melakukan keadilan”.
* Sebagai sebahagian daripada keluarga perubatan antarabangsa, doktor Muslim hendaklah menghulurkan pertolongan secara menyeluruh untuk melindungi dan menyokong tugas professi perubatan yang mulia ini .. adalah menjadi satu rahmat kepada umat manusia jika peranan perikemanusiaan ini dimainkan oleh kedua pihak yang berperang.
* Professi perubatan tidak mengizinkan sumber teknikal, saintifik atau lain-lainnya digunakan dengan cara pengkhianatan, merosakkan atau mencederakan manusia di dalam bentuk fizikal, psikologi, moral atau lain-lain kecederaan .. dengan tidak mengira kepentingan politik atau ketenteraan.
* Amalan doktor hendaklah lurus dengan menawarkan perkhidmatan rawatan dan pengubatan kepada kawan atau musuh, pada peringkat peribadi atau umum.
TANGGUNGJAWAB DAN LIABILITI
* Mengamal perubatan hanya boleh dilakukan dengan sah oleh individu yang telah diajar, dilatih dan telah lulus serta telah memenuhi syarat yang dikehendaki oleh undang-undang. Panduan mengenai hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah s.a.w: “Seseorang yang tidak mempunyai ilmu perubatan adalah bertanggungjawab jika ia mengubati orang sakit.”
* Dengan adanya kepakaran perubatan, kes yang bermasaalah hendaklah dirujuk kepada pakar yang berkaitan. “Setiap pakar sebaiknya disesuaikan untuk mengendalikan kes yang memerlukan kemahirannya”.
* Di dalam menguruskan sesuatu kes perubatan, seorang doktor hendaklah bertindak dengan sebaik mungkin. Dengan berbuat begitu, tanpa melakukan kecuaian, setelah mengambil langkah pencegahan yang diperlukan ia tidak dipersalahkan atau dihukum walaupun jika hasilnya tidak memuaskan.
* Doktor adalah wakil pesakit ke atas tubuhnya. Penerimaan doktor oleh pesakit untuk merawatnya dianggap persetujuan ke atas apa-apa rawatan yang ditetapkan oleh doktor itu. Jika rawatan memerlukan pembedahan, persetujuan yang tersebut di atas hendaklah disahkan dengan bertulis, demi untuk melindungi doktor dari apa-apa kemungkinan. Jika pesakit menolak atau tidak bersetuju dengan rawatan yang dicadangkan, penolakan ini juga hendaklah dibuat dengan bertulis, bersaksi atau menanda tangan mengikut keadaan.
* Jika pesakit tidak bersetuju memberi keizinan kerana takut, doktor boleh membantu pesakitnya dengan memberikan ubat seperti ubat penenteram untuk menghilangkan perasaan takut tetapi tidak sampai menghilangkan atau melemahkan kesedarannya, untuk membolehkan pesakit membuat pilihannya dengan tenang dan tenteram. Sebaik-baik cara untuk mencapai tujuan ini ialah sikap doktor itu sendiri, keperibadiannya, baik-budinya, kesabarannya dan pendekatan dengan menggunakan perkataan yang betul.
* Di dalam keadaan kecemasan dan nyawa perlu diselamatkan melalui pembedahan serta-merta atau intervensi lain, Doktor boleh bertindak mengikut peraturan Islam “larangan boleh diketepikan bila perlu”. Kedudukannya adalah selamat dan kukuh walau apa jua hasil tindakannya, asalkan ia telah mengikuti kaedah perubatan yang diterima dengan betul. Tindakan “jahat” dengan tidak menyelamatkan pesakit mengatasi apa yang dianggap perbuatan “baik” dengan membiarkan pesakit membuat keputusan yang merosakkan dirinya sendiri. Hukum Islam mengisytiharkan bahawa “menjahuhi” yang “buruk” lebih diutamakan dari mengambil yang “baik”. Ajaran Rasulullah s.a.w menyebut ” saudara kamu ketika ia benar dan juga ketika ia salah”. Apabila para sahabat bersetuju dengan membantu saudara jika ia benar tetapi hairan dengan memberi bantuan jika bersalah, Rasullullah s.a.w bersabda: “Cegahlah dia dari melakukan kesalahan .. kerana inilah bantuan yang diperlukannya”. ” Sebagai kesimpulan, kriteria ugama yang asas yang boleh melindungi Pengamal Perubatan / ialah :
1) Kelulusan yang diiktiraf
2) Penerimaan seseorang doktor oleh pesakitnya
3) Keikhlasan seseorang doktor dengan bertujuan hanya untuk mengubati pesakitnya
4) Ketiadaan kesalahan yang tidak boleh dimaafkan seperti yang dijelaskan didalam undang-undang perubatan.
KEMURNIAN NYAWA MANUSIA
* “Dengan sebab (kisah pembunuhan kejam) yang demikian itu Kami tetapkan atas Bani Isra’il, bahawasanya sesiapa yang membunuh seorang manusia dengan tiada alasan yang membolehkan membunuh orang itu, atau kerana melakukan kerosakan dimuka bumi, maka seolah-olah dia telah membunuh manusia semuanya; dan sesiapa yang menjaga keselamatan hidup seorang manusia, maka seolah-olah dia telah menjaga keselamatan hidup manusia semuanya.” 5-32 (Al- Maaidah).
* Nyawa manusia adalah suci .. dan tidak boleh diambil dengan sengaja kecuali apabila dibenarkan oleh syariat Islam. Semua kebenaran tersebut adalah diluar bidang perubatan.
* Seorang doktor tidak boleh mengambil nyawa walau di atas alasan belas kasihan. Perbuatan ini diharamkan kerana ianya bukan alasan yang dibenarkan untuk membunuh. Panduan tepat didalam hal ini telah disabdakan oleh Rasulullah s.a.w: “Pada suatu masa dulu ada seorang tua yang tidak boleh bersabar lagi dengan derita penyakitnya lalu telah menghiris pergelangan tangannya. Pendarahan berlaku sehingga membawa maut. Allah telah marah dan berkata “umatku telah menyegerakan ajalnya … aku haramkan kepadanya syurgaku”. “Membunuh kerana belas kasihan – seperti membunuh diri – tidak boleh diterima kecuali oleh pemikiran yang tidak mempercayai hari kesudahan. Jika ini satu pemikiran yang bijak, adalah munasabah bagi hampir kesemua manusia membunuh diri untuk melepaskan diri dari kesusahan hidup … kerana jarang kedapatan kehidupan tanpa kesusahan atau penderitaan. Dakwaan supaya pembunuhan boleh dilakukan ke atas pesakit yang tidak mempunyai harapan untuk hidup lagi yang menderita kesakitan juga disangkal. Ini ialah kerana tiada kesakitan yang tidak boleh dilegakan dengan ubat-ubatan yang ada atau pembedahan neurosurgeri yang munasabah. Satu lagi kategori ialah pembunuhan untuk melegakan penderitaan yang disebabkan oleh kecacatan. Jika pendapat ini boleh diterima, seterusnya akan ada dakwaan supaya orang-orang tua dan yang tidak berguna lagi kepada masyarakat dibunuh sebagai langkah membenteras pertambahan penduduk keperingkat yang tidak dapat ditampung oleh hasil bumi yang ada”.
* Kesucian nyawa manusia meliputi kesemua peringkat termasuk embrio dan janin semasa didalam rahim lagi. Maklumat ini hendaklah diambil kira oleh seseorang doktor. Pengecualian hanyalah dibenarkan didalam keadaan terdesak (alasan perubatan) dan dibenarkan oleh Hukum Syarak. “Hal ini sangatlah bersesuaian dengan sains perubatan moden yang akhir-akhir ini telah memperkenalkan satu bidang kepakaran yang dikenali sebagai Perubatan Janin (Foetus Medicine)… untuk mendiagnosis dan merawat penyakit janin (didalam rahim), dan mereka uri tiruan untuk menyelamatkan janin yang digugurkan yang tidak boleh hidup sendirian. Polisi moden yang membenarkan penguguran tidak diterima oleh Islam, yang memberikan hak-hak tertentu kepada janin. Di- dalam Islam pengguguran melibatkan wang tebusan. Janin mempunyai hak ke atas harta pusaka dan jika semasa digugurkan ia hidup dan mati selepas itu harta yang diwarisi hendaklah dibahagikan kepada warisnya yang berhak. Jika seorang perempuan yang hamil dijatuhi hukuman mati kerana kesalahan jenayah, pelaksanaan hukuman tersebut hendaklah ditangguhkan sehingga perempuan itu melahirkan dan menyusui anaknya… walau pun jika anak itu anak diluar nikah. Dengan itu hak asas bagi janin untuk hidup adalah jelas”
* Didalam tugasnya menyelamatkan nyawa, seseorang doktor adalah dinasihati supaya menyedari had sempadannya dan tidak melanggar had itu. Jika dari segi sains satu-satu nyawa itu sudah pasti tidak dapat diselamatkan lagi, adalah sia-sia untuk dengan beraninya mengekalkan kehidupan vegetatif dengan cara penggiatan, atau memeliharanya dengan pembekuan atau cara tiruan yang lain. Tugas doktor ialah untuk mengekalkan proses kehidupan dan bukan proses kematian. Walau bagaimanapun doktor tidak boleh mengambil langkah yang positif untuk mengakhiri hayat seseorang pesakit.
* Pengisytiharan kematian seseorang adalah satu tanggung-jawab yang penting yang diberikan kepada seseorang doktor. Beliau hendaklah menyedari betapa seriusnya keputusannya itu dan membuatnya dengan penuh ikhlas dan keyakinan. Jika terdapat sebarang keraguan ia hendaklah menghilangkannya dengan perundingan atau dengan menggunakan peralatan sains yang moden.
* Bagi pesakit yang sudah tidak boleh sembuh lagi, doktor hendaklah dengan sebaik mungkin dengan memberi penjagaan yang baik, sokongan moral dan menghilangkan kesakitan dan penderitaan semasa hayatnaya.
* Doktor hendaklah mempersetujui permintaan pesakit untuk mengetahui tentang penyakitnya. Walau bagaimanapun cara menjawabnya hendaklah disesuaikan dengan pesakit itu sendiri. Adalah menjadi tugas doktor itu untuk mengkaji ketepatan psikologi pesakitnya itu. Ia tidak sepatutnya ketandusan perbendaharaan kata jika keadaan memerlukannya mengelakkan penggunaan istilah yang menakutkan atau penciptaan perkataan, ungkapan atau penerangan yang baru.
* Didalam semua keadaan, seorang doktor hendaklah berupaya menyokong kepercayaan pesakitnya dan memberikannya kesejahteraan dan ketenangan fikiran.
DOKTOR DAN MASYARAKAT
* Doktor adalah seorang ahli masyarakat didalam erti kata yang sebenarnya dengan menjaga dan memelihara masyarakatnya. Rasulullah s.a.w bersabda .. Religion is to give honest advice for God and his apostle and to Muslim leaders and public.
* Misi doktor melampaui pengubatan penyakit sehingga mengambil kesemua langkah untuk mencegah penyakit dari berlaku, ini bersesuaian dengan perintah al-Quran: “Jangan biarkan tangan kamu sendiri menjerumuskan kamu kedalam kebinasaan”. Rasulullah s.a.w membayangkan polisi “pencegahan” didalam sabdanya: “Apabila sesuatu daerah diserang oleh wabak jangan kamu memasukinya .. tetapi jika kamu berada didalamnya, jangan kamu keluar”.
* Profesion perubatan hendaklah bertanggungjawab untuk memerangi tabiat yang merosakkan kesihatan seperti merokok, sifat pengotor dan lain-lain. Selain dari mendidik masyarakat dan kempen, profesion perubatan patut menekan dengan bersungguh-bersungguh pihak penggubal undang-undang supaya memperuntukkan undang-undang yang perlu. Pembenterasan dan pencegahan pengotoran alam sekitar termasuk dibawah kategori ini.
* Profilaksis semula jadi terhadap penyakit kelamin dan komplikasinya akibat dari pergaulan seks yang bebas terletak pada memulihkan nilai-nilai yang murni, kebersihan hati, mengawal diri dan menjauhkan diri dari merosakkan diri sendiri dan juga diri orang lain. Amalan nilai-nilai ugama ini adalah “Perubatan pencegahan” dan menjadi bidang dan tanggungjawab profesion perubatan. Di dalam sesetengah negara yang maju, penyakit gonorea dan sifilis telah sampai ke peringkat epidemik dan pihak penguasa kesihatannya meminta pihak berkuasa mengisytiharkan keadaan darurat. Tetapi yang sedihnya nasihat perubatan diberi dengan nada: tidak mengapa, tidak memalukan, perkara biasa, dapatkan nasihat perubatan serta merta jika anda mengesyaki diserang penyakit itu. Tidak ada risalah atau hebahan melalui media massa yang berani menyentuh tentang menjaga kesucian diri sebagai salah satu daripada alternatif profilaksis. Ini bertentangan dengan kempen pencegahan pencemaran, merokok, memakan gula dan lemak dan beberapa yang lain, tetapi kebebasan seks dikecualikan sebagai bidang dimana “doktor tidak patut mempersoalkan mengenai perkara akhlak dan moral … tetapi mengubatinya sahaja”.
* Seorang pengamal perubatan Muslim hendaklah mahir di dalam ajaran Islam dan mematuhinya. Ia hendaklah mengkaji dengan mendalam secara langsung segala data, fakta, bilangan dan projeksi parameter yang terdapat di dalam masyarakat Islam. Berdasarkan kajian ini, keputusan dibuat tentang apa yang patut diterima dan yang mana patut ditolak daripada pengalaman dan kesimpulan masyarakat lain. Sikap mencedok dan meniru dengan membabi buta polisi asing patut dihentikan.
* Masyarakat hendaklah memberikan kepercayaan kepada doktor supaya dipercayai dan juga haknya untuk hidup dengan selesa, mendapat pendapatan yang mencukupi dan mengekalkan kehormatannya. Doktor hendaklah membuktikan bahawa ia wajar diberikan hak- hak tersebut .. jika tidak ia boleh dihukum. “Di dalam semua masyarakat terdapat golongan yang tidak bersyukur dan jahil suka menimbulkan sensasi dan berusaha merosakkan imej orang ramai terhadap profesion perubatan. Kesan perbuatan seperti ini ialah kepada pesakit yang lemah yang tidak mempunyai pilihan dan terpaksa menyerah kepada doktor untuk rawatan perubatan atau pembedahan. Jika imej buruk doktor sudah tersemai di dalam kepala pesakit itu sudah tentu ia akan menyiksa fikirannya. Pihak akhbar khususnya, patut mengambil kira implikasi ini dan mengelakkan penyebaran maklumat yang tidak diteliti, salah atau serong. Pihak berkuasa kesihatan hendaklah mengambil tindakan undang-undang terhadap percetakan yang salah. Tindakan ini bukan sahaja melindungi doktor untuk jangka pendek, tetapi juga untuk keselamatan negara dimasa hadapan. Jika doktor sendiri berkelakuan tidak wajar atau melanggar undang-undang, profesionnya hendaklah mengambil tindakan yang keras terhadapnya .. untuk menjaga nama baik amalan perubatan.
DOKTOR DAN KEMAJUAN BIOMEDIKAL MODEN
* Di dalam Islam tidak ada penahanan maklumat tentang penyelidikan, samaada kajian akademik yang menunjukkan tanda kewujudan Allah dan ciptaan Nya atau kajian gunaan yang bertujuan untuk menyelesaikan sesuatu masaalah.
* Kebebasan penyelidikan sains tidaklah sampai mengongkong manusia, seperti memberitahu untuk merosakkannya atau meletakkannya di dalam keadaan yang mungkin boleh membawa kemusnahan kepadanya, menafikan haknya untuk berubat, menipunya atau mengeksploit keperluan kebendaannya.
* Kebebasan penyelidikan sains tidak membenarkan penganiayaan atau penyiksaan ke atas binatang. Protokol yang sesuai hendaklah diadakan bagi memastikan binatang diperlakukan dengan baik ketika menjalankan kajian. Metodologi kajian sains dan amalan dari hasil kajian itu mesti tidak melibatkan dosa seperti zina, merosakkan sistem salasilah, mencacatkan atau mengubah keperibadian, kebebasan dan keupayaan seseorang untuk menanggung tanggungjawab.
* Profesion perubatan mempunyai hak dan bertanggungjawab dengan cara mengambil bahagian sepenuhnya di dalam perumusan dan pengeluaran fatwa mengenai kesahihan jangkaan hasil kemajuan kajian sains semasa atau dimasa hadapan. Fatwa tersebut hendaklah dipersetujui bersama oleh pakar-pakar hukum-hakam dan biosains. Pendapat yang berat sebelah biasanya tidak lengkap dari segi teknik dan perundangan.
* Garis panduan mengenai perkara yang baru yang tidak tersebut di dalam hukum atau rujukan yang ada bolehlah dibuat berdasarkan pepatah Islam: “Di mana ada kebaikan , di sana terdapat undang- undang Allah”.
* Setiap pesakit adalah menjadi tanggungjawab bersama sesebuah masyarakat untuk memastikan keperluan kesihatannya tanpa memudaratkan orang lain. Ini termasuklah menderma darah kepada kes-kes pendarahan atau buah pinggang kepada pesakit buah pinggang yang tidak ada harapan untuk pulih lagi. Amalan ini adalah “Fardu Kifayah”, tugas yang dilakukan oleh seseorang bagi pihak masyarakatnya. Adalah menjadi tugas profesion perubatan untuk mendidik masyarakat, termasuk menggariskan peraturan mengenai prosedur, pengurusan dan teknik serta menentukan polisi keutamaan peraturan tersebut.
* Pendermaan organ tidak boleh dilakukan dengan paksaan, memalukan keluarga, tekanan sosial atau lain-lain tekanan atau mengeksploitasi keperluan kewangan.
* Pendermaan organ tidak seharusnya memberi kesan buruk kepada pendermanya.
* Profesion perubatan memikul tanggungjawab yang berat di dalam menggariskan undang-undang dan peraturan untuk pendermaan organ sewaktu hayat atau selepas meninggal dengan dinyatakan di dalam wasiat atau keizinan dari keluarga; dan juga menubuhkan bank tisu dan organ bagi yang mana-mana boleh disimpan. Kerjasama dengan bank yang sepertinya dari luar negeri hendaklah dibuat berdasarkan bantuan dua hala. ” Khalifah yang kedua, Sayyidina Umar ibnul-Khattab r.a memerintahkan jika terdapat seorang ahli di dalam suatu kumpulan yang mati kebuluran kerana kemiskinannya, maka kumpulan itu dikehendaki membayar fidyah seolah-olah mereka telah membunuhnya. Contoh ini sangat hampir dengan perbuatan membiarkan seseorang mati kerana tiada penderma darah atau buah pinggang. Terdapat dua sunnah Rasulullah s.a.w yang ada kaitan dengan isu ini. Pertama: “Kesetiaan di dalam cinta-mencintai dan kasih-mengasihani adalah seperti tubuh manusia … jika satu bahagian diserang penyakit, kesemua bahagian tubuh akan bekerjasama melawannya. Kedua: Kesetiaan di antara satu sama lain samalah seperti batu-batu di dalam satu bangunan, setiap satu menguatkan yang lain. Allah berfirman di dalam al-Quran mengenai orang yang beriman: “Dan mereka juga mengutamakan orang orang yang berhijrah itu lebih dari diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam keadaan kekurangan dan sangat-sangat berhajat”. Amalan ini adalah lebih dari menderma buah pinggang kerana penderma masih ada satu lagi buah pinggang dan dapat hidup dengan sempurna. Hal ini dipastikan oleh doktor sebelum pembedahan dilakukan. Jika orang yang hidup boleh menderma, apa lagi yang sudah meninggal. Perbuatan mengambil jantung, ginjal, mata atau arteri untuk memanafaatkan orang yang hidup tidak “merosakkan” mayat penderma. Amalan ini adalah satu kebajikan … dan menepati firman Allah: “Dan barang siapa yang menyelamatkan nyawa manusia, seolah-olah dia telah menyelamatkan semua manusia”. Walau bagaimanapun perlu diambil perhatian bahawa mana-mana pendermaan hendaklah secara sukarela … kerana jika tidak pemerintahan secara diktator akan mengambil organ-organ dengan paksaan dan mencabul dua hak asas didalam Islam: Hak merdeka dan hak milik seseorang. Di dalam sesuatu masyarakat yang beriman, pendermaan hendaklah dilakukan dengan murah hati sebagai satu ibadat dan kecintaan kepada Allah dan makhluknya. Kita tidak seharusnya dipaksa oleh masyarakat luar di dalam mencapai matlamat yang mulia ini.
PENDIDIKAN PERUBATAN.
* Walaupun pendidikan perubatan ialah satu bidang ilmu, ia hanyalah satu urat dari jalinan kepercayaan kepada Allah, keesaan dan kekuasaan Nya, dan Dia adalah Pencipta dan yang memberikan nyawa, pengetahuan, kematian, dunia ini dan akhirat.
* Semasa merancang untuk melatih dan menghasilkan seseorang doktor, matlamat pokok ialah untuk menjadikannya seorang yang boleh dicontohi dan mempunyai ciri-ciri yang disukai Allah dan bukan yang dibenci Allah, dan dadanya dipenuhi dengan cinta kepada Allah, kepada ummah dan ilmu pengetahuan.
* Pengajar ilmu perubatan hendaklah menunjukkan contoh yang baik kepada pelajarnya, memberi pengajaran yang cukup, bimbingan yang elok dan perhatian yang berterusan di dalam dan di luar kelas dan juga sebelum dan selepas mendapat ijazah.
* Pendidikan perubatan mengutip ilmu tanpa refraktori atau prasangka. Walau bagaimanapun ia hendaklah dilindungi dan dibersihkan dari aktiviti yang boleh membawa kepada faham ateis dan kekufuran.
* Pendidikan perubatan tidak pasif dan tidak juga `autoritatif’. Ia bertujuan untuk menggerakkan aktiviti mental, memperkukuhkan penemuan-penemuan, analisis dan taakulan, menghasilkan pemikiran yang bebas dan menonjolkan persoalan yang baru. Al-Quran menyalahkan orang yang berkata; “Sesungguhnya kami dapati datuk nenek kami menurut satu jalan ugama, dan sesungguhnya kami hanya mengikut jejak mereka sahaja”, satu sikap yang hanya akan membawa kepada kelembapan dan membantutkan kemajuan.
* “Keikhlasan” adalah penyembuh, pengubat, penghilang tekanan perasaan dan penggerak bagi pemulihan kesihatan. Latihan seseorang doktor menyediakannya untuk memupuk “keikhlasan” dan memberikan khidmatnya kepada pesakit dengan rahmat yang tidak terhad.
* Kurikulum perubatan hendaklah memasukkan di dalam pengajarannya perkara-perkara mengenai hukum-hakam dan ibadat yang berkaitan dengan atau dipengaruhi oleh faktor dan masaalah kesihatan yang berbeza.
* Kurikulum perubatan juga hendaklah memahamkan pelajarnya dengan warisan perubatan dan sains zaman tamaddun Islam, faktor disebalik kemunculan tamaddun Islam, yang menyebabkan kejatuhannya, dan cara-cara untuk mengembalikan zaman kegemilangannya.
* Kurukulum perubatan hendaklah menekankan bahawa amalan perubatan itu adalah satu ibadat .. bukan sahaja dari segi pendekatan kepada kepercayaan kepada Allah dengan berfikir mengenainya, tetapi juga dari segi menggunakannya untuk menolong orang yang berada di dalam kesusahan.
* Kurikulum perubatan patut mengandungi pengajaran dan pelajaran yang terdapat di dalam “Kod Islam Etika Perubatan” ini.
Ikrar Doktor
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Dengan nama Allah yang amat pemurah lagi amat mengasihani
Saya bersumpah demi Allah Yang Agung
Bahawa saya akan mengingati Allah di dalam menjalankan tugas saya
Bahawa saya akan melindungi nyawa manusia disemua peringkat dan di dalam semua keadaan, melakukan dengan seberapa daya saya untuk menyelamatkannya dari maut, penyakit, kesakitan dan kegelisahan.
Bahawa saya akan menjaga kehormatan semua orang, melindungi perkara-perkara peribadi dan mengunci rahsia mereka.
Bahawa saya akan sepanjang masa memperhambakan diri kepada belas kasihan Allah, memberikan khidmat perubatan saya kepada yang dekat dan yang jauh, yang baik dan yang berdosa serta kawan dan lawan. Bahawa saya akan berusaha di dalam mengejar pengetahuan dan menggunakannya untuk manafaat dan bukan untuk merosakkan manusia.
Bahawa saya akan menghormati guru saya, mengajar doktor dibawah saya dan menjadi saudara kepada pengamal perubatan lain dan bekerjasama di dalam semangat ketaqwaan dan kebajikan.
Bahawa saya akan menghidupkan keimanan saya semasa berseorangan atau dikhalayak ramai, mengelakkan perkara yang boleh mencemarkan saya pada pandangan Allah, RasulNya dan orang beriman yang lain. Semoga Allah menjadi saksi kepada ikrar ini.
Kredit kepada website Persatuan Amal Perubatan Ibnu Sina Malaysia, http://www.papisma.org/
http://fiqhmedic.wordpress.com
21.6.11
CHECK hubungan kita dengan MAHA PENCIPTA
Oleh Ustaz Zawawi Yusoh
MANUSIA sebenarnya sentiasa berfikir. Setiap hari sewaktu bekerja kita berfikir mengenai pekerjaan dan bagaimana cara untuk meningkatkan prestasi kerja.
Kita juga berfikir mengenai cara mengatasi masalah yang dihadapi. Akhirnya kita akan berfikir mengenai cara menghasilkan prestasi terbaik.
Begitulah keadaan akal kita yang tidak pernah berhenti daripada berfikir. Bagaimanapun, kita akan berfikir dengan lebih serius apabila berhadapan dengan masalah, misalnya ketika ditimpa musibah, kesempitan wang, sakit atau menghadapi kegagalan.
Kita berfikir untuk mencari jalan penyelesaian. Lebih berat masalah yang kita hadapi, lebih besar usaha berfikir yang dilakukan. Dalam banyak waktu kita habiskan untuk berfikir pernahkah ada dalam fikiran kita mengenai hubungan kita dengan Pencipta?
Bagaimana prestasi iman kita? Bagaimana jalan hidup yang sudah dan sedang serta yang akan kita lalui, adakah mengikut kehendak kita atau kehendak Pencipta?
Pernahkah kita berfikir untuk `menyemak’ semula batin kita? Adakah di dalamnya jernih laksana titisan embun atau lakaran hitam yang kelabu dan berdebu dengan dosa?
Bagaimana solat kita, puasa, anak-anak, suami atau isteri kita sudahkah jelas kefahaman mereka sebagai hamba Allah? Sudahkah matlamat kita selari dengan kehendak Pencipta?
Sudah layakkah kita memegang gelaran ‘khalifah Allah’ yang mempunyai tugas besar sebagai ejen perubahan dalam masyarakat? Kata orang kalau banyak sangat tanya dikatakan banyak ‘songeh’.
Semua soalan yang dilontarkan sebenarnya saya hendak kongsi mengenai kepentingan berfikir. Dalam satu hadis daripada Ibnu Hibban Rasulullah s.a.w pernah bersabda yang bermaksud: “Berfikir sesaat lebih baik daripada beribadat setahun.”
Betapa mahalnya nilai berfikir dan kesan yang diperoleh jika betul cara berfikir kita, berbanding ibadat begitu saja. Berfikir sebenarnya adalah proses menyimpan, mengingat, menganalisis dan menyimpulkan berbagai-bagai maklumat yang ada di dalam dan luar diri kita sehingga menjadi idea dan akhirnya mendorong kita untuk bertindak.
Fikiranlah yang mengarahkan ke mana kita akan pergi dan bagaimana kita akan buat kerana dalam fikiran itu, seluruh keputusan, perencanaan serta konsep hidup ditentukan.
Malah, dengan pemikiran jugalah menjadi penentu dekatnya kita dengan Allah. Satu hadis Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Ketahuilah wahai Anas sesungguhnya orang yang bodoh itu lebih banyak tertimpa musibah kerana kebodohannya daripada orang jahat yang berakal.
Sesungguhnya amat mudah seorang hamba mendekati Tuhannya dengan akalnya. Kata Napolean Hill: “If a man is right, his world will be right.”
Jadi, dalam kesibukan kita mencari kebahagiaan dunia, jangan lupa memberikan waktu untuk berfikir. Bahagikan masa kita kepada empat waktu iaitu:
Waktu untuk bermunajat (berzikir dan berdoa) kepada Allah.
Waktu untuk bermuhasabah mengenai dirinya.
Waktu untuk berfikir mengenai ciptaan Allah.
Waktu untuk menumpukan kepada keperluan seperti mencari makanan dan minum.
http://epondok.wordpress.com/2011/06/18/luangkan-masa-renung-hubungan-dengan-allah/
"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa diri kamu sendiri, semuanya tertulis dalam kitab (Luh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah "
"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepada kamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri "
Al Kitab, Al Qur'anul Karim
Surah Al Hadid
22-23
MANUSIA sebenarnya sentiasa berfikir. Setiap hari sewaktu bekerja kita berfikir mengenai pekerjaan dan bagaimana cara untuk meningkatkan prestasi kerja.
Kita juga berfikir mengenai cara mengatasi masalah yang dihadapi. Akhirnya kita akan berfikir mengenai cara menghasilkan prestasi terbaik.
Begitulah keadaan akal kita yang tidak pernah berhenti daripada berfikir. Bagaimanapun, kita akan berfikir dengan lebih serius apabila berhadapan dengan masalah, misalnya ketika ditimpa musibah, kesempitan wang, sakit atau menghadapi kegagalan.
Kita berfikir untuk mencari jalan penyelesaian. Lebih berat masalah yang kita hadapi, lebih besar usaha berfikir yang dilakukan. Dalam banyak waktu kita habiskan untuk berfikir pernahkah ada dalam fikiran kita mengenai hubungan kita dengan Pencipta?
Bagaimana prestasi iman kita? Bagaimana jalan hidup yang sudah dan sedang serta yang akan kita lalui, adakah mengikut kehendak kita atau kehendak Pencipta?
Pernahkah kita berfikir untuk `menyemak’ semula batin kita? Adakah di dalamnya jernih laksana titisan embun atau lakaran hitam yang kelabu dan berdebu dengan dosa?
Bagaimana solat kita, puasa, anak-anak, suami atau isteri kita sudahkah jelas kefahaman mereka sebagai hamba Allah? Sudahkah matlamat kita selari dengan kehendak Pencipta?
Sudah layakkah kita memegang gelaran ‘khalifah Allah’ yang mempunyai tugas besar sebagai ejen perubahan dalam masyarakat? Kata orang kalau banyak sangat tanya dikatakan banyak ‘songeh’.
Semua soalan yang dilontarkan sebenarnya saya hendak kongsi mengenai kepentingan berfikir. Dalam satu hadis daripada Ibnu Hibban Rasulullah s.a.w pernah bersabda yang bermaksud: “Berfikir sesaat lebih baik daripada beribadat setahun.”
Betapa mahalnya nilai berfikir dan kesan yang diperoleh jika betul cara berfikir kita, berbanding ibadat begitu saja. Berfikir sebenarnya adalah proses menyimpan, mengingat, menganalisis dan menyimpulkan berbagai-bagai maklumat yang ada di dalam dan luar diri kita sehingga menjadi idea dan akhirnya mendorong kita untuk bertindak.
Fikiranlah yang mengarahkan ke mana kita akan pergi dan bagaimana kita akan buat kerana dalam fikiran itu, seluruh keputusan, perencanaan serta konsep hidup ditentukan.
Malah, dengan pemikiran jugalah menjadi penentu dekatnya kita dengan Allah. Satu hadis Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Ketahuilah wahai Anas sesungguhnya orang yang bodoh itu lebih banyak tertimpa musibah kerana kebodohannya daripada orang jahat yang berakal.
Sesungguhnya amat mudah seorang hamba mendekati Tuhannya dengan akalnya. Kata Napolean Hill: “If a man is right, his world will be right.”
Jadi, dalam kesibukan kita mencari kebahagiaan dunia, jangan lupa memberikan waktu untuk berfikir. Bahagikan masa kita kepada empat waktu iaitu:
Waktu untuk bermunajat (berzikir dan berdoa) kepada Allah.
Waktu untuk bermuhasabah mengenai dirinya.
Waktu untuk berfikir mengenai ciptaan Allah.
Waktu untuk menumpukan kepada keperluan seperti mencari makanan dan minum.
http://epondok.wordpress.com/2011/06/18/luangkan-masa-renung-hubungan-dengan-allah/
"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa diri kamu sendiri, semuanya tertulis dalam kitab (Luh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah "
"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepada kamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri "
Al Kitab, Al Qur'anul Karim
Surah Al Hadid
22-23
makna bacaan dalam solat
Salamun’alaik..
Salam serta selawat ke atas Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, ahli keluarga baginda serta salam kepada para sahabat yang berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini.
Semoga dapatlah dipanjangkan kepada umat Islam yang lainnya, insyaAllah saham akhirat tersedia buat kita..
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mengerjakan sembahyang serta memberikan zakat, mereka beroleh pahala di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada kebimbangan (dari berlakunya sesuatu yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita.”
Surah Al Baqarah (Ayat 277)
Allah Maha Besar
Doa Iftitah
Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah dengan banyaknya.
Maha suci Allah sepanjang pagi dan petang.
Aku hadapkan wajahku bagi Tuhan yang mencipta langit dan bumi,
dengan suasana lurus dan berserah diri dan aku bukan dari golongan orang musyrik.
Sesungguhnya solatku,
Ibadatku,
Hidupku,
Matiku
Adalah untuk Allah Tuhan sekalian alam.
Tidak ada sekutu bagiNya dan kepadaku diperintahkan untuk tidak menyekutukan bagiNya dan aku dari golongan orang Islam.
Al-Fatihah
Dengan nama Allah yang maha Pemurah lagi maha Mengasihani.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Yang maha pemurah lagi maha mengasihani.
Yang menguasai hari pembalasan.
Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Iaitu jalan orang-orang yang Engkau kurniakan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan bukan jalan mereka yang sesat.
Bacaan ketika rukuk
Maha Suci TuhanKu Yang Maha Mulia dan dengan segala puji-pujiannya.
Bacaan ketika bangun dari rukuk
Allah mendengar pujian orang yang memujinya.
Bacaan ketika iktidal
Wahai Tuhan kami, bagi Engkaulah segala pujian.
Bacaan ketika sujud
Maha suci TuhanKu yang Maha Tinggi dan dengan segala puji-pujiannya.
Bacaan ketika duduk di antara dua sujud
Ya Allah, ampunilah daku,
Rahmatilah daku,
Kayakan daku,
Angkatlah darjatku,
Rezekikan daku,
Berilah aku hidayah,
Sihatkanlah daku dan
Maafkanlah akan daku.
Bacaan ketika Tahiyat Awal
Segala penghormatan yang berkat solat yang baik adalah untuk Allah.
Sejahtera atas engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya.
Sejahtera ke atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang soleh.
Aku naik saksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku naik saksi bahawasanya Muhammad itu adalah pesuruh Allah.
Ya Tuhan kami, selawatkanlah ke atas Nabi Muhammad.
Bacaan ketika Tahiyat Akhir
Segala penghormatan yang berkat solat yang baik adalah untuk Allah.
Sejahtera atas engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya.
Sejahtera ke atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang soleh.
Aku naik saksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku naik saksi bahawasanya Muhammad itu adalah pesuruh Allah.
Ya Tuhan kami, selawatkanlah ke atas Nabi Muhammad dan ke atas keluarganya.
Sebagaimana Engkau selawatkan ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim.
Berkatilah ke atas Muhammad dan atas keluarganya sebagaimana Engkau berkati ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim di dalam alam ini.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.
Selamat sejahtera dan rahmat Allah ke atas kamu
Selamat sejahtera dan rahmat Allah ke atas kamu
Doa Qunut
Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau tunjuki.
Sejahterakanlah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau sejahterakan.
Pimpinlah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau pimpin.
Berkatilah hendaknya untukku apa-pa yang telah Engkau berikan padaku.
Jauhkanlah aku daripada segala kejahatan yang telah Engkau tetapkan.
Sesungguhnya hanya Engkau sahajalah yang menetapkan, dan tidak sesiapapun yang berkuasa menetapkan sesuatu selain daripada Engkau.
Sesungguhnya tidak terhina orang yang memperolehi pimpinanMu.
Dan tidak mulia orang-orang yang Engkau musuhi.
Telah memberi berkat Engkau, ya Tuhan kami dan maha tinggi Engkau.
Hanya untuk Engkau sahajalah segala macam puji terhadap apa-apa yang telah Engkau tetapkan.
Dan aku minta ampun dan bertaubat kepada Engkau.
Dan Allah rahmatilah Muhammad, Nabi yang ummi dan sejahtera keatas keluarganya dan sahabat-sahabatnya.
Salam serta selawat ke atas Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, ahli keluarga baginda serta salam kepada para sahabat yang berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini.
Semoga dapatlah dipanjangkan kepada umat Islam yang lainnya, insyaAllah saham akhirat tersedia buat kita..
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mengerjakan sembahyang serta memberikan zakat, mereka beroleh pahala di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada kebimbangan (dari berlakunya sesuatu yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita.”
Surah Al Baqarah (Ayat 277)
Allah Maha Besar
Doa Iftitah
Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah dengan banyaknya.
Maha suci Allah sepanjang pagi dan petang.
Aku hadapkan wajahku bagi Tuhan yang mencipta langit dan bumi,
dengan suasana lurus dan berserah diri dan aku bukan dari golongan orang musyrik.
Sesungguhnya solatku,
Ibadatku,
Hidupku,
Matiku
Adalah untuk Allah Tuhan sekalian alam.
Tidak ada sekutu bagiNya dan kepadaku diperintahkan untuk tidak menyekutukan bagiNya dan aku dari golongan orang Islam.
Al-Fatihah
Dengan nama Allah yang maha Pemurah lagi maha Mengasihani.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Yang maha pemurah lagi maha mengasihani.
Yang menguasai hari pembalasan.
Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Iaitu jalan orang-orang yang Engkau kurniakan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan bukan jalan mereka yang sesat.
Bacaan ketika rukuk
Maha Suci TuhanKu Yang Maha Mulia dan dengan segala puji-pujiannya.
Bacaan ketika bangun dari rukuk
Allah mendengar pujian orang yang memujinya.
Bacaan ketika iktidal
Wahai Tuhan kami, bagi Engkaulah segala pujian.
Bacaan ketika sujud
Maha suci TuhanKu yang Maha Tinggi dan dengan segala puji-pujiannya.
Bacaan ketika duduk di antara dua sujud
Ya Allah, ampunilah daku,
Rahmatilah daku,
Kayakan daku,
Angkatlah darjatku,
Rezekikan daku,
Berilah aku hidayah,
Sihatkanlah daku dan
Maafkanlah akan daku.
Bacaan ketika Tahiyat Awal
Segala penghormatan yang berkat solat yang baik adalah untuk Allah.
Sejahtera atas engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya.
Sejahtera ke atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang soleh.
Aku naik saksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku naik saksi bahawasanya Muhammad itu adalah pesuruh Allah.
Ya Tuhan kami, selawatkanlah ke atas Nabi Muhammad.
Bacaan ketika Tahiyat Akhir
Segala penghormatan yang berkat solat yang baik adalah untuk Allah.
Sejahtera atas engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya.
Sejahtera ke atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang soleh.
Aku naik saksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku naik saksi bahawasanya Muhammad itu adalah pesuruh Allah.
Ya Tuhan kami, selawatkanlah ke atas Nabi Muhammad dan ke atas keluarganya.
Sebagaimana Engkau selawatkan ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim.
Berkatilah ke atas Muhammad dan atas keluarganya sebagaimana Engkau berkati ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim di dalam alam ini.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.
Selamat sejahtera dan rahmat Allah ke atas kamu
Selamat sejahtera dan rahmat Allah ke atas kamu
Doa Qunut
Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang telah Engkau tunjuki.
Sejahterakanlah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau sejahterakan.
Pimpinlah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau pimpin.
Berkatilah hendaknya untukku apa-pa yang telah Engkau berikan padaku.
Jauhkanlah aku daripada segala kejahatan yang telah Engkau tetapkan.
Sesungguhnya hanya Engkau sahajalah yang menetapkan, dan tidak sesiapapun yang berkuasa menetapkan sesuatu selain daripada Engkau.
Sesungguhnya tidak terhina orang yang memperolehi pimpinanMu.
Dan tidak mulia orang-orang yang Engkau musuhi.
Telah memberi berkat Engkau, ya Tuhan kami dan maha tinggi Engkau.
Hanya untuk Engkau sahajalah segala macam puji terhadap apa-apa yang telah Engkau tetapkan.
Dan aku minta ampun dan bertaubat kepada Engkau.
Dan Allah rahmatilah Muhammad, Nabi yang ummi dan sejahtera keatas keluarganya dan sahabat-sahabatnya.
14.6.11
perlu bayar zakat emas
Perlu Bayar Zakat Emas
Assalamualaikum..
Pada entri-entri yang lepas, ada saya kongsikan tentang Perlaburan Emas. Hari ini, saya hendak kongsikan kepada anda mengenai zakat yang perlu dibayar, jika kita mempunyai emas.
Emas adalah jenis-jenis logam yang diwajibkan zakat. Kewajipan zakat ke atas logam ini dijelaskan di
alam firman Allah S.W.T. bermaksud:
“Dan mereka yang menyimpan emas dan perak dan tidak membelanjakannya pada jalan Allah (mengeluarkan zakat) maka khabarkanlah kepada mereka dengan azab yang pedih, pada hari emas dan perak dibakar di dalam neraka jahanam lalu diselar dengannya dahi dan rusuk mereka dan belakang mereka seraya dikatakan kepada mereka inilah harta yang kamu simpan selama ini buat dirimu, maka rasailah balasan apa yang kamu simpan dahulu”.
At- Taubah; ayat 34-35
Menerusi ayat ini, diterangkan perlunya kita membayar zakat untuk emas.
Zakat Emas boleh dikira dalam dua keadaan.
1. Emas yang tidak dipakai (disimpan)
Emas yang tidak digunakan atau dipakai walaupun sekali dalam tempoh setahun. Jika nilai emas tersebut menyamai atau melebihi 85gram (nisab), maka wajib dikeluarkan zakat sebanyak 2.5%.
Contoh:
2.5% x nilai emas yang disimpan (jika melebihi nisab)
Contoh : RM6,000 x 2.5%
Jumlah zakat = RM 150
2. Emas yang dipakai
Emas yang dipakai (sebagai perhiasan) walaupun sekali dalam tempoh setahun tidak wajib dikeluarkan zakat ke atasnya. Tetapi jika ianya melebihi ‘uruf’ (nilai kebiasaan pemakaian masyarakat setempat), maka ia diwajibkan zakat dengan kadar 2.5% atas lebihan dari nilai uruf. Nilai yang diambilkira adalah nilai semasa emas sahaja iaitu tidak termasuk batu permata.
Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan menetapkan kadar uruf adalah 150 gram emas.
Contoh:
Berat Emas yang dipakai = 250 gram
Uruf Emas = 150gram
Berat Emas yang layak dizakat = 250 gram - 150 gram = 100gram
Zakat yang wajib dibayar = 2.5% x (100 gram x harga semasa)
= 2.5% x (100 gram x RM 77.16)
= RM 192.9
sourcehttp://sebagairenungan.blogspot.com/
Kadar uruf emas di Negeri Selangor ialah sebanyak 800 gram
Kadar uruf emas di Negeri Melaka ialah sebanyak 200 gram
* Untuk kadar uruf emas negeri-negeri lain, anda boleh rujuk Pusat Zakat negeri anda..
sekian
sebagai renungan.
* Sumber rujukan http://zakat.com.my/zakat-emas
* Diharab dapat membantu anda.cara mudah hafal quran
Cara Termudah Menghafal Al-Qur`an Al-Karim
Segala pujian hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarganya, dan para sahabat seluruhnya.
Keistimewaan metode ini adalah seseorang akan memperoleh kekuatan dan kemapanan hafalan serta dia akan cepat dalam menghafal sehingga dalam waktu yang singkat dia akan segera mengkhatamkan Al-Quran. Berikut kami akan paparkan metodenya beserta pencontohan dalam menghafal surah Al-Jumuah:
1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali.
2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali.
3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali.
4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali
5. Keempat ayat di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20 kali.
6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali.
7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali.
8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali.
9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali.
10. Keempat ayat (ayat 5-8) di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20 kali.
11. Bacalah ayat pertama hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya.
Demikian seterusnya pada setiap surah hingga selesai menghafal seluruh surah dalam Al-Quran. Jangan sampai kamu menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, karena itu akan menyebabkan hafalanmu bertambah berat sehingga kamu tidak bisa menghafalnya.
Keistimewaan metode ini adalah seseorang akan memperoleh kekuatan dan kemapanan hafalan serta dia akan cepat dalam menghafal sehingga dalam waktu yang singkat dia akan segera mengkhatamkan Al-Quran. Berikut kami akan paparkan metodenya beserta pencontohan dalam menghafal surah Al-Jumuah:
1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali.
2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali.
3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali.
4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali
5. Keempat ayat di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20 kali.
6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali.
7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali.
8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali.
9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali.
10. Keempat ayat (ayat 5-8) di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20 kali.
11. Bacalah ayat pertama hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya.
Demikian seterusnya pada setiap surah hingga selesai menghafal seluruh surah dalam Al-Quran. Jangan sampai kamu menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, karena itu akan menyebabkan hafalanmu bertambah berat sehingga kamu tidak bisa menghafalnya.
JIKA AKU INGIN MENAMBAH HAFALAN PADA HARI BERIKUTNYA, BAGAIMANA CARANYA?Jika kamu ingin menambah hafalan baru (halaman selanjutnya) pada hari berikutnya, maka sebelum kamu menambah dengan hafalan baru dengan metode yang aku sebutkan di atas, maka anda harus membaca hafalan lama (halaman sebelumnya) dari ayat pertama hingga ayat terakhir (muraja’ah) sebanyak 20 kali agar hafalan ayat-ayat sebelumnya tetap kokoh dan kuat dalam ingatanmu. Kemudian setelah mengulangi (muraja’ah) maka baru kamu bisa memulai hafalan baru dengan metode yang aku sebutkan di atas.
BAGAIMANA CARANYA AKU MENGGABUNGKAN ANTARA MENGULANG (MURAJA’AH) DENGAN MENAMBAH HAFALAN BARU?Jangan sekali-kali kamu menambah hafalan Al-Qur`an tanpa mengulang hafalan yang sudah ada sebelumya. Hal itu karena jika kamu hanya terus-menerus melanjutkan menghafal Al-Qur’an hingga khatam tapi tanpa mengulanginya terlebih dahulu, lantas setelah khatam kamu baru mau mengulanginya dari awal, maka secara tidak disadari kamu telah banyak kehilangan hafalan yang pernah dihafal. Oleh karena itu metode yang paling tepat dalam menghafal adalah dengan menggabungkan antara murajaah (mengulang) dan menambah hafalan baru. Bagilah isi Al-Qur`an menjadi tiga bagian,yang mana satu bagian berisi 10 juz. Jika dalam sehari kamu telah menghafal satu halaman maka ulangilah dalam sehari empat halaman yang telah dihafal sebelumnya hingga kamu menyelesaikan 10 juz. Jika kamu telah berhasil menyelesaikan 10 juz maka berhentilah menghafal selama satu bulan penuh dan isi dengan mengulang apa yang telah dihafal, dengan cara setiap hari kamu mengulangi (meraja’ah) sebanyak 8 halaman.
Setelah selesai satu bulan kamu mengulangi hafalan, sekarang mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan hafalan 20 juz. Jika kamu telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk mengulangi hafalan 20 juz, dimana setiap hari kamu harus mengulang (meraja’ah) sebanyak 8 halaman. Jika sudah mengulang selama dua bulan, maka mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan seluruh Al-Qur’an.
Jika anda telah selesai menghafal semua isi Al-Qur`an, maka ulangilah 10 juz pertama secara tersendiri selama satu bulan, dimana setiap harinya kamu mengulang setengah juz. Kemudian pindahlah ke 10 juz berikutnya, juga diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama setiap harinya. Kemudian pindahlah untuk mengulang 10 juz terakhir dari Al-Qur`an selama sebulan, dimana setiap harinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.
Setelah selesai satu bulan kamu mengulangi hafalan, sekarang mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan hafalan 20 juz. Jika kamu telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk mengulangi hafalan 20 juz, dimana setiap hari kamu harus mengulang (meraja’ah) sebanyak 8 halaman. Jika sudah mengulang selama dua bulan, maka mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan seluruh Al-Qur’an.
Jika anda telah selesai menghafal semua isi Al-Qur`an, maka ulangilah 10 juz pertama secara tersendiri selama satu bulan, dimana setiap harinya kamu mengulang setengah juz. Kemudian pindahlah ke 10 juz berikutnya, juga diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama setiap harinya. Kemudian pindahlah untuk mengulang 10 juz terakhir dari Al-Qur`an selama sebulan, dimana setiap harinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.
BAGAIMANA CARA MERAJA’AH AL-QURAN (30 JUZ) SETELAH AKU MENYELESAIKAN METODE MURAJA’AH DI ATAS?Mulailah mengulangi Al-Qur’an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz, dengan mengulanginya 3 kali dalam sehari. Dengan demikian maka kamu akan bisa mengkhatamkan Al-Qur’an sekali setiap dua minggu.
Dengan metode seperti ini maka dalam jangka satu tahun (insya Allah) kamu telah mutqin (kokoh) dalam menghafal Al-Qur’an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun penuh.
Dengan metode seperti ini maka dalam jangka satu tahun (insya Allah) kamu telah mutqin (kokoh) dalam menghafal Al-Qur’an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun penuh.
APA YANG AKU LAKUKAN SETELAH MENGHAFAL AL-QUR’AN SELAMA SATU TAHUN?Setelah menguasai hafalan dan mengulangInya dengan itqan (mantap) selama satu tahun, hendaknya bacaan Al-Qur’an yang kamu baca setiap hari hingga akhir hayatmu adalah bacaan yang dilakukan oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- semasa hidup beliau. Beliau membagi isi Al-Qur`an menjadi tujuh bagian (dimana setiap harinya beliau membaca satu bagian tersebut), sehingga beliau mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam sepekan.
Aus bin Huzaifah -rahimahullah- berkata: Aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-, “Bagaimana caranya kalian membagi Al-Qur`an untuk dibaca setiap hari?” Mereka menjawab:
نُحَزِّبُهُ ثَلَاثَ سُوَرٍ وَخَمْسَ سُوَرٍ وَسَبْعَ سُوَرٍ وَتِسْعَ سُوَرٍ وَإِحْدَى عَشْرَةَ سُورَةً وَثَلَاثَ عَشْرَةَ سُورَةً وَحِزْبَ الْمُفَصَّلِ مِنْ قَافْ حَتَّى يُخْتَمَ
“Kami membaginya menjadi (tujuh bagian yakni): Tiga surat, lima surat, tujuh surat, sembilan surat, sebelas surat, tiga belas surat, dan hizb al-mufashshal yaitu dari surat Qaf sampai akhir (mushaf).” (HR. Ahmad no. 15578).
Maksudnya:
-Hari pertama: Mereka membaca surat “al-fatihah” hingga akhir surat “an-nisa`”.
-Hari kedua: Dari surat “al-maidah” hingga akhir surat “at-taubah”.
-Hari ketiga: Dari surat “Yunus” hingga akhir surat “an-nahl”.
-Hari keempat: Dari surat “al-isra” hingga akhir surat “al-furqan”.
-Hari kelima: Dari surat “asy-syu’ara” hingga akhir surat “Yasin”.
-Hari keenam: Dari surat “ash-shaffat” hingga akhir surat “al-hujurat”.
-Hari ketujuh: Dari surat “qaaf” hingga akhir surat “an-nas”.
Para ulama menyingkat bacaan Al-Qur`an Nabi -shallallahu alaihi wasallam- ini menjadi kata: ”فَمِي بِشَوْقٍ“. Setiap huruf yang tersebut menjadi simbol dari awal surat yang dibaca oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pada setiap harinya. Maka:
- Huruf “fa`” adalah simbol dari surat “al-fatihah”. Maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari pertama dimulai dari surah al-fatihah.
- Huruf “mim” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kedua dimulai dari surah al-maidah.
- Huruf “ya`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketiga dimulai dari surah Yunus.
- Huruf ”ba`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keempat dimulai dari surah Bani Israil yang juga dinamakan surah al-isra`.
- Huruf “syin” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kelima dimulai dari surah asy-syu’ara`.
- Huruf “waw” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keenam dimulai dari surah wash shaffat.
- Huruf “qaaf” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketujuh dimulai dari surah qaf hingga akhir muashaf yaitu surah an-nas.
Adapun pembagian hizib yang ada pada Al-Qur an sekarang, maka itu tidak lain adalah buatan Hajjaj bin Yusuf.
Aus bin Huzaifah -rahimahullah- berkata: Aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-, “Bagaimana caranya kalian membagi Al-Qur`an untuk dibaca setiap hari?” Mereka menjawab:
نُحَزِّبُهُ ثَلَاثَ سُوَرٍ وَخَمْسَ سُوَرٍ وَسَبْعَ سُوَرٍ وَتِسْعَ سُوَرٍ وَإِحْدَى عَشْرَةَ سُورَةً وَثَلَاثَ عَشْرَةَ سُورَةً وَحِزْبَ الْمُفَصَّلِ مِنْ قَافْ حَتَّى يُخْتَمَ
“Kami membaginya menjadi (tujuh bagian yakni): Tiga surat, lima surat, tujuh surat, sembilan surat, sebelas surat, tiga belas surat, dan hizb al-mufashshal yaitu dari surat Qaf sampai akhir (mushaf).” (HR. Ahmad no. 15578).
Maksudnya:
-Hari pertama: Mereka membaca surat “al-fatihah” hingga akhir surat “an-nisa`”.
-Hari kedua: Dari surat “al-maidah” hingga akhir surat “at-taubah”.
-Hari ketiga: Dari surat “Yunus” hingga akhir surat “an-nahl”.
-Hari keempat: Dari surat “al-isra” hingga akhir surat “al-furqan”.
-Hari kelima: Dari surat “asy-syu’ara” hingga akhir surat “Yasin”.
-Hari keenam: Dari surat “ash-shaffat” hingga akhir surat “al-hujurat”.
-Hari ketujuh: Dari surat “qaaf” hingga akhir surat “an-nas”.
Para ulama menyingkat bacaan Al-Qur`an Nabi -shallallahu alaihi wasallam- ini menjadi kata: ”فَمِي بِشَوْقٍ“. Setiap huruf yang tersebut menjadi simbol dari awal surat yang dibaca oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pada setiap harinya. Maka:
- Huruf “fa`” adalah simbol dari surat “al-fatihah”. Maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari pertama dimulai dari surah al-fatihah.
- Huruf “mim” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kedua dimulai dari surah al-maidah.
- Huruf “ya`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketiga dimulai dari surah Yunus.
- Huruf ”ba`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keempat dimulai dari surah Bani Israil yang juga dinamakan surah al-isra`.
- Huruf “syin” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kelima dimulai dari surah asy-syu’ara`.
- Huruf “waw” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keenam dimulai dari surah wash shaffat.
- Huruf “qaaf” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketujuh dimulai dari surah qaf hingga akhir muashaf yaitu surah an-nas.
Adapun pembagian hizib yang ada pada Al-Qur an sekarang, maka itu tidak lain adalah buatan Hajjaj bin Yusuf.
BAGAIMANA CARA MEMBEDAKAN ANTARA BACAAN YANG MUTASYABIH (AYAT YANG MIRIP) DALAM AL-QUR’AN?Cara terbaik untuk membedakan antara dua ayat yang kelihatannya menurut kamu hampir sama (mutasyabih), adalah dengan cara membuka mushaf dan carilah kedua ayat tersebut. Lalu carilah perbedaan antara kedua ayat tersebut, cermatilah perbedaan tersebut, kemudian buatlah tanda/catatan (di dalam hatimu) yang bisa kamu jadikan sebagai tanda untuk membedakan antara keduanya. Kemudian, ketika kamu melakukan murajaah hafalan, maka perhatikanlah perbedaan tersebut secara berulang-ulang sampai kamu mutqin dalam mengingat perbedaan antara keduanya.
BEBERAPA KAIDAH DAN KETENTUAN DALAM MENGHAFAL AL-QUR`AN:1- Kamu harus menghafal melalui bantuan seorang guru yang bisa membenarkan bacaanmu jika salah.
2- Hafalkanlah 2 halaman setiap hari: 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar atau maghrib. Dengan metode seperti ini (insya Allah) kamu akan bisa menghafal Al-Qur`an secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun. Tetapi jika kamu memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka kemampuan menghafalmu akan melemah.
3- Menghafallah mulai dari surat an-nas hingga surat al-baqarah karena hal itu lebih mudah. Tapi setelah kamu menghafal Al-Qur`an maka urutan meraja’ahmu dimulai dari Al-Baqarah sampai An-Nas.
4- Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf saja (baik dalam cetakan maupun bentuknya), karena hal itu sangat membantu dalam menguatkan hafalan dan agar lebih cepat mengingat letak-letak ayatnya, ayat apa yang ada di akhir halaman ini dan ayat apa yang ada di awal halaman sebelahnya.
5- Setiap orang yang menghafal Al-Qur’an pada 2 tahun pertama biasanya apa yang telah dia hafal masih mudah hilang, dan masa ini disebut fase at-tajmi’ (pengumpulan hafalan). Karenanya janganlah kamu bersedih karena ada sebagian hafalanmu yang kamu lupa atau kamu banyak keliru dalam hafalan. Ini adalah fase yang sulit sebagai ujian bagimu, dan ini adalah fase rentan yang bisa menjadi pintu masuknya setan untuk menghentikan kamu dari menghafal Al-Qur`an. Tolaklah was-was tersebut dari dalam hatimu dan teruslah menghafal, karena dia (menghafal Al-Qur`an) merupakan perbendaharaan harta yang tidak diberikan kepada sembarang orang.
2- Hafalkanlah 2 halaman setiap hari: 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar atau maghrib. Dengan metode seperti ini (insya Allah) kamu akan bisa menghafal Al-Qur`an secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun. Tetapi jika kamu memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka kemampuan menghafalmu akan melemah.
3- Menghafallah mulai dari surat an-nas hingga surat al-baqarah karena hal itu lebih mudah. Tapi setelah kamu menghafal Al-Qur`an maka urutan meraja’ahmu dimulai dari Al-Baqarah sampai An-Nas.
4- Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf saja (baik dalam cetakan maupun bentuknya), karena hal itu sangat membantu dalam menguatkan hafalan dan agar lebih cepat mengingat letak-letak ayatnya, ayat apa yang ada di akhir halaman ini dan ayat apa yang ada di awal halaman sebelahnya.
5- Setiap orang yang menghafal Al-Qur’an pada 2 tahun pertama biasanya apa yang telah dia hafal masih mudah hilang, dan masa ini disebut fase at-tajmi’ (pengumpulan hafalan). Karenanya janganlah kamu bersedih karena ada sebagian hafalanmu yang kamu lupa atau kamu banyak keliru dalam hafalan. Ini adalah fase yang sulit sebagai ujian bagimu, dan ini adalah fase rentan yang bisa menjadi pintu masuknya setan untuk menghentikan kamu dari menghafal Al-Qur`an. Tolaklah was-was tersebut dari dalam hatimu dan teruslah menghafal, karena dia (menghafal Al-Qur`an) merupakan perbendaharaan harta yang tidak diberikan kepada sembarang orang.
[Oleh: Asy-Syaikh Dr. Abdul Muhsin Muhammad Al-Qasim, imam dan khathib di Masjid Nabawi]
sumber http://al-atsariyyah.com/ilmu-al-quran/cara-termudah-menghafal-al-quran-al-karim.html
Subscribe to:
Posts (Atom)